masih pada angin yang sama
aku berharap diterbangkan lagi
masih pada satu hal yang sama yang sama
aku berharap bisa tertawa bahagia lagi
dan juga masih pada suara yang sama
telinga ini ingin mendengar celoteh dan lawakannya
tapi apakah angin yang sama ini, ingin terbang bersamaku lagi
lalu satu hal yang sama itu, apa juga masih ingin tertawa bahagiaku, bersamaku???
dan akupun juga jadi ragu, jika suara yang sama itu akan terlantunkan ditelingaku, lagi....
karena kamu, jiwa dimana angin dan banyak hal yang kumaksud itu menyatu, menyuara dengan nada
yang selalu minta untuk dikenang
kamu...
yang kini pergi terlalu jauh
yang menghilang terlalu lama
dan yang hingga kini belum bisa pergi tinggalkan hati ini sejenak sendiri...
aku yang mulai jatuh rindu akan kamu
hanya bisa memutar mutar ingatanku
mengingat cerita singkat mu dan aku
yang dulu pernah bahagia dengan teramat sederhana
aku, yang mulai jatuh rindu akan kamu
hanya bisa pergi tidur lebih awal
dan berharap dapat mimpikanmu sedikit lebih lama
dan aku yang mulai kehabisan cara menghilangkanmu
kini mulai terbiasa
untuk hidup berdampingan dengan berjuta bayangmu yang tiba tiba datang
dan aku yang kini sadar untuk tak lagi coba coba menghapusmu
yang ternyata sudah tertulis dalam, disetiap celah hati yang sedang cari bahagianya...
hati ini...
Nisaa' Nur Karimah
7df14c87 || line:nisaakarimah
Sabtu, 29 November 2014
Senin, 08 September 2014
kuberi judul "." ~titik~
Dan beku-bekuan rindu ini mulai meleleh
Aku mulai merindukan kamu
Dan jika tafsiranku tidak salah…sorot mata kita saling merindukan
Sekali lagi, mungkin kata-kata ini terlalu berlebihan. Ditambah kutulis ini dengan bayanganmu yang enggan pergi.
Rasanya,
sepenggal bagian disudut dihati ini ada yang hilang. Ada sesuatu yang hilang
dari diriku, ada banyak kebiasaan-kebiasaanku yang mulai jarang aku lakukan,
ada satu keinginan yang kecil yang tumbuh setiap hari dalam diri ini…
Mungkin ini
saatnya bagiku untuk pergi. Berhenti berharap. Dulu, aku mungkin begitu terlena
dengan segala sesuatu yang kau ciptakan, segala hal yang mampu mengundang
tawaku. Segala hal yang bahkan sangat kecil, yang juga mengundang rindu dalam
diriku. Namun, itu dulu. Sebelum pada akhirnya aku sadar, rasa kita tak pernah
sama…
Mungkin dahulu
kau hanya bercanda. Mungkin kau memang suka berkawan banyak. Mungkin kau memang
baik, lucu, perhatian, dan suka dengan aku dan juga dengan semua kawanmu. Aku amat bodoh jika berfikir kau hanya
begitu padaku.
Dulu,
seharusnya kau memperingatkanku agar tak begitu ingin tahu ruang ruang dihatimu
terlalu jauh, bukannya malah membiarkanku begitu saja. Kau bahkan tak membuka
hatimu, hanya membiarkanku, dan selalu membiarkanku, tapi mengapa aku tetap menunggu
sambutmu diluar ruang-ruang hatimu yang tertutup rapat? Kau membiarkanku, namun
kau juga menyenangkan aku, memperdulikanku. Mungkin, hatimu memang tiada pernah
kaubuka, tapi taukah kau? Kau selalu mengundang aku masuk dalam kesenanganmu
dan mungkin kedalam hati yang kau tutp itu, namun dalam bentuk ajakan yang
tersembunyi. Bagaimana aku tahu hatimu terkunci atau tidak,jika kau saja tak
pernah membukanya??
Jika sudah
begini, siapakah yang terlalu bodoh untuk menyadari? Aku yang masih menunggu
diluar ruang hatimu, dan menanti ajakan masuk darimu? ataukah kamu, yang tak menyadari hadirnya aku
diluar hatimu, hingga aku tak pernah diijinkan masuk? Atau mungkin kau sudah
mengajakku dalam bentuk lain yang tersembunyi, hingga aku tak mengetahuinya dan
aku tak tahu jika kau juga menungguku??
Namun, yang terakhir amat meragukanku. Sulit untukku
mengetahui isi didalam ruang hatimu. Hatimu terlalu luas, banyak orang yang kau
izinkan singgah didalamnya, aku tak bisa menyimpulkan satu-satu. Harusnya kamu
yang memberiku kesimpulan.
Dulu kau lucu.
Suka iseng pada setiap gerak gerik ku. Membuat aku kehabisan tempat untuk
menyembunyikan tawaku, senyumanku. Tapi, keisenganmu dulu adalah awal dari segalanya.
Awal dari segala bentuk perasaan yang saat ini pasang surut.
Mungkin,
disinilah akhir segalanya. Disaat aku kehabisan akal untuk menyembunyikan
perasaan rasa ragu menantimu. Disaat aku tahu satu hal yang simpang siur dari
mulut sahabatmu, satu hal yang menyimpulkan perasaanmu. Tapi tetap saja aku tak
terlalu percaya. Bukannya aku tak ingin kau juga merasakan hal sama, cinta,
namun aku hanya mencoba tak lagi menambah harapan-harapan yang kecil sekali kemungkinannya
bisa terwujud.
Dan, mungkin
ini juga akhir segalanya.Namun yakinlah, ini baru permulaan, kisah kita yang
sebenarnya belum Tuhan izinkan bermain. Kita harus menunggu. Saat kau
sepertinya sudah menemukan sesosok yang lain. Semoga kau bahagia, kau temukan
lagi cara tertawa yang renyah dan sampai jumpa di lain kisah,kisah bahagia
kita.
Yaa,suatu saat nanti aku dan kamu akan jadi pemainnya,
dan dunia akan menjadi latar kita, biarkan saja para manusia lainnya menonton
kita, melihat bagaimana kisah cinta kita menangis dan bahagia, tersenyum
melihat jalan cerita cinta bahagia kita yang mengombak, penuh kurva, banyak
warna.
Sampai jumpa dalam masa indah kisah kita,
suatu saat nanti…Aku dan kamu.
Kamis, 29 Mei 2014
repost: Malaikat Tanpa Sayap
Saat senyum itu tak lagi untukku…
Menyakitkan, melihat diriku menangis diatas bahagiamu. Namun, aku tak ingin menutupinya dan membuat diriku seolah baik-baik saja. Aku hanya ingin membiarkan diriku menangis sejadinya. Sudah terlalu banyak aku membohongi diriku dan teman-temanku hanya untuk berkata seolah aku baik baik saja dan tak peduli pada apapun atas dirimu…
Padahal pada nyatanya, yang kupedulikan hanya satu, hanya seorang. Seorang yang bahkan tak pernah menggubrisku. Kamu…!!
Saat senyum itu tak lagi untukku…atau bahkan mungkin, memang tak pernah untukku…
Setelah sekian banyak waktuku tersita untuk memikirkamu, ternyata hanya ini yang aku dapat, rasa sakit yang pedihnya dua kali lebih hebat?!
Setelah sekian banyak airmata ini terbuang, benarkah aku menangisi orang yang salah?!
Setelah hati ini terluka dan bahagia terlalu dalam, apakah aku juga menyayangi orang yang salah?!
Dulu, semua terasa begitu indahnya…Tawa terpancar dari mereka mereka yang juga bahagia akan kita berdua…Tidakkah kau juga bahagia?
Dulu, saat rasa takut tak pernah kubayangkan, aku percaya, bahwa kaulah penjagaku. Pelindungku saat aku akan terjatuh, pelindungku saat ada yang membuatku menangis, dan pelindungku dari segala ketidak mampuanku…
Namun sekarang…semua sungguh sangat berbeda. Terlalu ironi dan sulit dimengerti!
Secepat itukah kau menemukan yang baru? Yang mungkin bisa menjadi malaikat terindah dibalik setiap senyuman menawanmu?
Lalu bagaimana dengan aku? Bukankah aku juga bisa membuatmu bahagia? Bukankah aku juga bisa membuatmu tersenyum menawan, seperti dia? Ataukah aku hanya bayangan hitam dibalik setiap kesedihan mu?! Lalu, apa arti senyummu selama ini? Apakah hanya dusta dibalik senyummu selama ini?
Catatan untukumu:
Aku menyayangi mu sebagai awal aku mencintai mu kelak…Tidakkah perasaan yang ada padaku ini terlalu samar, sehingga kau tak mampu melihatnya? Ataukah memang kau yang tak ingin melihatnya?
Aku menyayangimu, tulus… Sesukamu akan menanggapi seperti apa. Namun, tak kupungkiri jika aku mengharapkanmu…
Seandainya kau tau, betapa sempurna perasaan ini dengan segala airmata dan kesedihan yang dia hadapi… Karena aku menyayangimu, lengkap dengan segala kekuranganmu. Karena aku juga paham, kau bukanlah malaikat bersayap yang tanpa cacat…
Kau hanyalah manusia biasa,yang Tuhan anugrahi dengan senyuman luar biasa, layaknya malaikat tanpa sayap…
Menggila bersama kalian :) {}
Tertanda:: Jum’at 25
Oktober 2013
Suatu saat nanti ingatlah kawan…
Jika kita pernah melucu konyol dihalte bus Simpang Lima
Ingat juga saat kita yang tak tahu arah BRT, dan dengan
modal tekad kita akhirnya naik juga
Iyaa, memang kita tak tahu apa bedanya BRT Mangkang, dan BRT
mana-mana
Tapi…Kita adalah ROBOKOP dan DEMCO, ingat itu ? (???)
hahahah :O
Dan kita adalah Tembalang Coorporation (???) :O
Hahaak,,, :D :D :D
Mungkin,,inilah arti kalian dipenghujung kelas Sembilan :’)
Kalian,,,ialah aku kamu dia dan dia
Empat sekawan konyol yang memilih menjadi minoritas
Menciptakan kekonyolan bersama yang kompak
Ahaahahh :D :O
Ingat juga tidak??
Bagaimana rasanya menaiki bus umum pertama kali??
Kita bergoyang,,berdesakan,,kita merumpi,,kita mengikuti
irama laju Bus Klipang-PRPP
Kaliaan,,,sahabat sahabatku ({}) :*
Kita memang tak perlu alasan yang jelas agar bisa senang,
menggila dan tertawa
Bersama kalian…aku mendengar segala celoteh yang tak
bermutu…
Bersama kalian…kita berkomentar tentang semua hal yang
melintas didepan kita…
Siang ini memang bukan siang yang teduh dilangit Kota Semarang
Tapi, disiang ini, dan baru disiang ini aku merasa lebih
teduh …. Bersama kalian selamanyaa :*
Dan waktu itu, adalah waktu terbaikku. Kalian masih jadi
yang terbaik diawal kelas Sembilan ini.
Aku tidak memaksa, atau meminta kalian untuk selalu
mengingat akan cerita siang ini.
Jika suatu saat nanti kalian,aku dan kamu, dewasa, tak
kupungkiri jika mungkin kalian lupa
Tapi, saat kalian melewati jalanan-jalanan besar kota
semarang, tugu muda, dan BRT, aku hanya akan berkata “Nah, dulu kita punya
cerita. Disini…”
Semoga kalian tak lupa ya.:*
Laffyu laras…laffyu kirana…laffyu alfitra
Jumat, 11 April 2014
Pelangiku tapi Bukan Punyaku
Seharusnya aku tidak peduli! Akupun seharusnya tidak
merasa asing dengan kamu yang hari itu cuek. Bukankah aku seharusnya terbiasa jika
kamu memang begitu? Aku seharusnya tak acuh dengan segala yang berbeda padamu.
Aku ingin menjadi tidak peduli. Tapi, munafik! Pada nyatanya aku peduli!
Aku marah! Marah pada
aku!
Ya, pada diriku yang
menatapmu
Diriku, yang menanyakan
mengapa kamu jadi begitu tidak mau tahu aku
Aku! Yang ternyata
merindumu
Kamu memang menyenangkan. Konyol tapi, jika aku
menyikapinya dengan hati. Tapi, kamu itu ya memang begitu. Kadang lucu, tapi
seringnya sangat lucu. Kadang konyol, tapi seringnya sangat konyol. Aku tapi
tahu, jika dibalik itu kamu itu pemalu. Yapp, pe-ma-lu! Karena apa? Karena ya
memang itulah kamu.
Sinar itu sudah terpatri
dalam dirimu
Sinar kelembutan yang bersembunyi
dibalik ketegasan
Dan sinar keramahan yang kau tutupi dengan
rasa seolah tak peduli
Sedikit angkuh memang, jika kukatakan
Bahwa hanya akulah yang tahu sinar-sinarmu
itu
Sinar mu yang pemalu
Namun, kuas-kuas mu mampu memberi sedikit pelangi
dilangit suram hariku. Butuh banyak waktu untuk menghapus bersih tinta-tinta
yang sudah kau torehkan. Ah, tapi akupun tak ingin menghapusnya. Bukan hanya
terlalu sulit, tapi mungkin juga terlalu indah, terlalu abstrak, dan terlalu langka.
Kamu, warna pastel bercampur maroon yang berpadu indah, tercampur tanpa
dicampur, terlukis tanpa dilukis
Dan
pada akhirnya
Aku mengucapkan “selamat datang” kepadamu
Yang menjadi tinta-tinta yang mewarnai
waktu-waktuku
Pelangiku, kamu!
Namun, pada akhirnya juga
Kukatakan “ selamat tinggal” padamu
Warnaku, Pelangiku
Yang nyatanya bukan punyaku
Sabtu, 05 Oktober 2013
Rinai-rinai Hujan
Terduduk aku dalam sudut ruang yang meyiku
Mengusap usap embun hujan dari balik kaca
Sore ini sore hujan
Rinai gemuruh nya riuh ditelinga
Bising yang menentramkan, batinku
Dapatkah kau lihat, bagaimana awan menjadi hujan?
Menguap, mengkristal, lalu turun membawa air berkubik kubik
Atau hanya gerimis yang menyela ditengah-tengah teduh
Bukankah Tuhan Maha Kuasa?
Dibalik kaca ini, si gadis kecil tengah mengharap pada hujan
Agar dibawanya segala air mata
Agar tak lagi ada alasan untuknya menangis
Agar semua kembali baik baik saja
Seperti saat rasa itu tidak ada
Aku bersenandung lirih, pada rinai yang menetramkan ini:
“ Jikalau nanti kau bawa lagi terang mentari,
Maka bawalah juga sedikit padaku…
Untuk menerangi perasaan ini, yang barangkali tiada terlihat
olehnya
Agar dia tahu, Aku sudah cukup begini saja
Mencintainya dengan
amat sederhana
Dengan kata yang tiada dapat terungkap
Dengan amat sangat sederhana,
Seperti kau membawa kedamaian nan berirama
Rinai-rinai hujan…”
Langganan:
Postingan (Atom)