Sabtu, 29 November 2014

Tentang seorang dan sebuah hal

masih pada angin yang sama
aku berharap diterbangkan lagi
masih pada satu hal yang sama yang sama
aku berharap bisa tertawa bahagia lagi
dan juga masih pada suara yang sama
telinga ini ingin mendengar celoteh dan lawakannya

tapi apakah angin yang sama ini, ingin terbang bersamaku lagi
lalu satu hal yang sama itu, apa juga masih ingin tertawa bahagiaku, bersamaku???
dan akupun juga jadi ragu, jika suara yang sama itu akan terlantunkan ditelingaku, lagi....

karena kamu, jiwa dimana angin dan banyak hal yang kumaksud itu menyatu, menyuara dengan nada
yang selalu minta untuk dikenang

kamu...
yang kini pergi terlalu jauh
yang menghilang terlalu lama
dan yang hingga kini belum bisa pergi tinggalkan hati ini sejenak sendiri...

aku yang mulai jatuh rindu akan kamu
hanya bisa memutar mutar ingatanku
mengingat cerita singkat mu dan aku
yang dulu pernah bahagia dengan teramat sederhana
aku, yang mulai jatuh rindu akan kamu
hanya bisa pergi tidur lebih awal
dan berharap dapat mimpikanmu sedikit lebih lama
dan aku yang mulai kehabisan cara menghilangkanmu
kini mulai terbiasa
untuk hidup berdampingan dengan berjuta bayangmu yang tiba tiba datang
dan aku yang kini sadar untuk tak lagi coba coba menghapusmu
yang ternyata sudah tertulis dalam, disetiap celah hati yang sedang cari bahagianya...
hati ini...

Senin, 08 September 2014

kuberi judul "." ~titik~



Dan beku-bekuan rindu ini mulai meleleh
Aku mulai merindukan kamu
Dan jika tafsiranku tidak salah…sorot mata kita saling merindukan

        Sekali lagi, mungkin kata-kata ini terlalu berlebihan. Ditambah kutulis ini dengan bayanganmu yang enggan pergi.  
Rasanya, sepenggal bagian disudut dihati ini ada yang hilang. Ada sesuatu yang hilang dari diriku, ada banyak kebiasaan-kebiasaanku yang mulai jarang aku lakukan, ada satu keinginan yang kecil yang tumbuh setiap hari dalam diri ini…
          Mungkin ini saatnya bagiku untuk pergi. Berhenti berharap. Dulu, aku mungkin begitu terlena dengan segala sesuatu yang kau ciptakan, segala hal yang mampu mengundang tawaku. Segala hal yang bahkan sangat kecil, yang juga mengundang rindu dalam diriku. Namun, itu dulu. Sebelum pada akhirnya aku sadar, rasa kita tak pernah sama…
          Mungkin dahulu kau hanya bercanda. Mungkin kau memang suka berkawan banyak. Mungkin kau memang baik, lucu, perhatian, dan suka dengan aku dan juga dengan semua kawanmu. Aku amat bodoh jika berfikir kau hanya begitu padaku.
          Dulu, seharusnya kau memperingatkanku agar tak begitu ingin tahu ruang ruang dihatimu terlalu jauh, bukannya malah membiarkanku begitu saja. Kau bahkan tak membuka hatimu, hanya membiarkanku, dan selalu membiarkanku, tapi mengapa aku tetap menunggu sambutmu diluar ruang-ruang hatimu yang tertutup rapat? Kau membiarkanku, namun kau juga menyenangkan aku, memperdulikanku. Mungkin, hatimu memang tiada pernah kaubuka, tapi taukah kau? Kau selalu mengundang aku masuk dalam kesenanganmu dan mungkin kedalam hati yang kau tutp itu, namun dalam bentuk ajakan yang tersembunyi. Bagaimana aku tahu hatimu terkunci atau tidak,jika kau saja tak pernah membukanya??
          Jika sudah begini, siapakah yang terlalu bodoh untuk menyadari? Aku yang masih menunggu diluar ruang hatimu, dan menanti ajakan masuk darimu?  ataukah kamu, yang tak menyadari hadirnya aku diluar hatimu, hingga aku tak pernah diijinkan masuk? Atau mungkin kau sudah mengajakku dalam bentuk lain yang tersembunyi, hingga aku tak mengetahuinya dan aku tak tahu jika kau juga menungguku??
Namun, yang terakhir amat meragukanku. Sulit untukku mengetahui isi didalam ruang hatimu. Hatimu terlalu luas, banyak orang yang kau izinkan singgah didalamnya, aku tak bisa menyimpulkan satu-satu. Harusnya kamu yang memberiku kesimpulan.
          Dulu kau lucu. Suka iseng pada setiap gerak gerik ku. Membuat aku kehabisan tempat untuk menyembunyikan tawaku, senyumanku. Tapi, keisenganmu dulu adalah awal dari segalanya. Awal dari segala bentuk perasaan yang saat ini pasang surut.
            Mungkin, disinilah akhir segalanya. Disaat aku kehabisan akal untuk menyembunyikan perasaan rasa ragu menantimu. Disaat aku tahu satu hal yang simpang siur dari mulut sahabatmu, satu hal yang menyimpulkan perasaanmu. Tapi tetap saja aku tak terlalu percaya. Bukannya aku tak ingin kau juga merasakan hal sama, cinta, namun aku hanya mencoba tak lagi menambah harapan-harapan yang kecil sekali kemungkinannya bisa terwujud.
          Dan, mungkin ini juga akhir segalanya.Namun yakinlah, ini baru permulaan, kisah kita yang sebenarnya belum Tuhan izinkan bermain. Kita harus menunggu. Saat kau sepertinya sudah menemukan sesosok yang lain. Semoga kau bahagia, kau temukan lagi cara tertawa yang renyah dan sampai jumpa di lain kisah,kisah bahagia kita.
 Yaa,suatu saat nanti aku dan kamu akan jadi pemainnya, dan dunia akan menjadi latar kita, biarkan saja para manusia lainnya menonton kita, melihat bagaimana kisah cinta kita menangis dan bahagia, tersenyum melihat jalan cerita cinta bahagia kita yang mengombak, penuh kurva, banyak warna.
 Sampai jumpa dalam masa indah kisah kita, suatu saat nanti…Aku dan kamu.

Kamis, 29 Mei 2014

repost: Malaikat Tanpa Sayap



Saat senyum itu tak lagi untukku…
Menyakitkan, melihat diriku menangis diatas bahagiamu. Namun, aku tak ingin menutupinya dan membuat diriku seolah baik-baik saja. Aku hanya ingin membiarkan diriku menangis sejadinya. Sudah terlalu banyak aku membohongi diriku dan teman-temanku hanya untuk berkata seolah aku baik baik saja dan  tak peduli pada apapun atas dirimu…
Padahal pada nyatanya, yang kupedulikan hanya satu, hanya seorang. Seorang yang bahkan tak pernah menggubrisku. Kamu…!!

Saat senyum itu tak lagi untukku…atau bahkan mungkin, memang tak pernah untukku…
Setelah sekian banyak waktuku tersita untuk memikirkamu, ternyata hanya ini yang aku dapat, rasa sakit yang pedihnya dua kali lebih hebat?!
Setelah sekian banyak airmata ini terbuang, benarkah aku menangisi orang yang salah?!
Setelah hati ini terluka dan bahagia terlalu dalam, apakah aku juga menyayangi orang yang salah?!

Dulu, semua terasa begitu indahnya…Tawa terpancar dari mereka mereka yang juga bahagia akan kita berdua…Tidakkah kau juga bahagia?
Dulu, saat rasa takut tak pernah kubayangkan, aku percaya, bahwa kaulah penjagaku. Pelindungku saat aku akan terjatuh, pelindungku saat ada yang membuatku menangis, dan pelindungku dari segala ketidak mampuanku…

Namun sekarang…semua sungguh sangat berbeda. Terlalu ironi dan sulit dimengerti!
Secepat itukah kau menemukan yang baru? Yang mungkin bisa menjadi malaikat terindah dibalik setiap senyuman menawanmu?
Lalu bagaimana dengan aku? Bukankah aku juga bisa membuatmu bahagia? Bukankah aku juga bisa membuatmu tersenyum menawan, seperti dia? Ataukah aku hanya bayangan hitam dibalik setiap kesedihan mu?!  Lalu, apa arti senyummu selama ini? Apakah hanya dusta dibalik senyummu selama ini?

Catatan untukumu:
Aku menyayangi mu sebagai awal aku mencintai mu kelak…Tidakkah perasaan yang ada padaku ini terlalu samar, sehingga kau tak mampu melihatnya? Ataukah memang kau yang tak ingin melihatnya?
Aku menyayangimu, tulus… Sesukamu akan menanggapi seperti apa. Namun, tak kupungkiri jika aku mengharapkanmu…
Seandainya kau tau, betapa sempurna perasaan ini dengan segala airmata dan kesedihan yang dia hadapi… Karena aku menyayangimu, lengkap dengan segala kekuranganmu. Karena aku juga paham, kau bukanlah malaikat bersayap yang tanpa cacat…  

Kau hanyalah manusia biasa,yang Tuhan anugrahi dengan senyuman luar biasa, layaknya malaikat tanpa sayap…

Menggila bersama kalian :) {}



Tertanda:: Jum’at 25 Oktober 2013
Suatu saat nanti ingatlah kawan…
Jika kita pernah melucu konyol dihalte bus Simpang Lima
Ingat juga saat kita yang tak tahu arah BRT, dan dengan modal tekad kita akhirnya naik juga
Iyaa, memang kita tak tahu apa bedanya BRT Mangkang, dan BRT mana-mana
Tapi…Kita adalah ROBOKOP dan DEMCO, ingat itu ? (???) hahahah :O
Dan kita adalah Tembalang Coorporation (???) :O

Hahaak,,, :D :D :D
Mungkin,,inilah arti kalian dipenghujung  kelas Sembilan :’)
Kalian,,,ialah aku kamu dia dan dia
Empat sekawan konyol yang memilih menjadi minoritas
Menciptakan kekonyolan bersama yang kompak

Ahaahahh :D :O 
Ingat juga tidak??
Bagaimana rasanya menaiki bus umum pertama kali??
Kita bergoyang,,berdesakan,,kita merumpi,,kita mengikuti irama laju Bus Klipang-PRPP

Kaliaan,,,sahabat sahabatku ({}) :* 
Kita memang tak perlu alasan yang jelas agar bisa senang, menggila dan tertawa
Bersama kalian…aku mendengar segala celoteh yang tak bermutu…
Bersama kalian…kita berkomentar tentang semua hal yang melintas didepan kita…

Siang ini memang bukan siang yang teduh dilangit  Kota Semarang
Tapi, disiang ini, dan baru disiang ini aku merasa lebih teduh …. Bersama kalian selamanyaa :*
Dan waktu itu, adalah waktu terbaikku. Kalian masih jadi yang terbaik diawal kelas Sembilan ini.
Aku tidak memaksa, atau meminta kalian untuk selalu mengingat akan cerita siang ini.
Jika suatu saat nanti kalian,aku dan kamu, dewasa, tak kupungkiri jika mungkin kalian lupa
Tapi, saat kalian melewati jalanan-jalanan besar kota semarang, tugu muda, dan BRT, aku hanya akan berkata “Nah, dulu kita punya cerita. Disini…”
Semoga kalian tak lupa ya.:*
Laffyu laras…laffyu kirana…laffyu alfitra

Jumat, 11 April 2014

Pelangiku tapi Bukan Punyaku




Seharusnya aku tidak peduli! Akupun seharusnya tidak merasa asing dengan kamu yang hari itu cuek. Bukankah aku seharusnya terbiasa jika kamu memang begitu? Aku seharusnya tak acuh dengan segala yang berbeda padamu. Aku ingin menjadi tidak peduli. Tapi, munafik! Pada nyatanya aku peduli!

Aku marah! Marah pada aku!
Ya, pada diriku yang menatapmu
Diriku, yang menanyakan mengapa kamu jadi begitu tidak mau tahu aku
Aku! Yang ternyata merindumu

Kamu memang menyenangkan. Konyol tapi, jika aku menyikapinya dengan hati. Tapi, kamu itu ya memang begitu. Kadang lucu, tapi seringnya sangat lucu. Kadang konyol, tapi seringnya sangat konyol. Aku tapi tahu, jika dibalik itu kamu itu pemalu. Yapp, pe-ma-lu! Karena apa? Karena ya memang itulah kamu.

Sinar itu sudah terpatri dalam dirimu
          Sinar kelembutan yang bersembunyi dibalik ketegasan
          Dan sinar keramahan yang kau tutupi dengan rasa seolah tak peduli
          Sedikit angkuh memang, jika kukatakan
          Bahwa hanya akulah yang tahu sinar-sinarmu itu
          Sinar mu yang pemalu

Namun, kuas-kuas mu mampu memberi sedikit pelangi dilangit suram hariku. Butuh banyak waktu untuk menghapus bersih tinta-tinta yang sudah kau torehkan. Ah, tapi akupun tak ingin menghapusnya. Bukan hanya terlalu sulit, tapi mungkin juga terlalu indah, terlalu abstrak, dan terlalu langka. Kamu, warna pastel bercampur maroon yang berpadu indah, tercampur tanpa dicampur, terlukis tanpa dilukis

          Dan pada akhirnya
          Aku mengucapkan  “selamat datang” kepadamu
          Yang menjadi tinta-tinta yang mewarnai waktu-waktuku
          Pelangiku, kamu!
          Namun, pada akhirnya juga
          Kukatakan “ selamat tinggal”  padamu
          Warnaku, Pelangiku
          Yang nyatanya bukan punyaku

Sabtu, 05 Oktober 2013

Rinai-rinai Hujan

Terduduk aku dalam sudut ruang yang meyiku
Mengusap usap embun hujan dari balik kaca
Sore ini sore hujan
Rinai gemuruh nya riuh ditelinga
Bising yang menentramkan, batinku

Dapatkah kau lihat, bagaimana awan menjadi hujan?
Menguap, mengkristal, lalu turun membawa air berkubik kubik
Atau hanya gerimis yang menyela ditengah-tengah  teduh
Bukankah Tuhan Maha Kuasa?

Dibalik kaca ini, si gadis kecil tengah mengharap pada hujan
Agar dibawanya segala air mata
Agar tak lagi ada alasan untuknya menangis
Agar semua kembali baik baik saja
Seperti saat rasa itu tidak ada

Aku bersenandung  lirih, pada rinai yang menetramkan ini:
“ Jikalau nanti kau bawa lagi terang mentari,
Maka bawalah juga sedikit padaku…
Untuk menerangi perasaan ini, yang barangkali tiada terlihat olehnya
Agar dia tahu, Aku sudah cukup begini saja
Mencintainya  dengan amat sederhana
Dengan kata yang tiada dapat terungkap
Dengan amat sangat sederhana,
Seperti  kau membawa kedamaian nan berirama
Rinai-rinai hujan…”